Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Review

Kisah horor dibalik tragedi di jalan tol saat menyambut perayaan Songkran

Sajian dari negara tetangga, Thailand, kali ini cukup berkesan. Menipu di awal cerita tapi semakin ke dalam semakin meningkat grafik chemistry cerita-nya. Unik. Keren. Salah satu hal yang membuat Movielitas tertipu di awal adalah sekilas terlihat "baru", tapi ternyata film ini diproduksi tahun 2016 silam. Film ini memiliki tiga babak. Dari segi durasi cerita per babak, digambarkan seperti segitiga. Dimana kisah pertama, pendek. Kisah kedua, kisah yang paling panjang dan kisah ketiga-nya biasa saja. Sedangkan dari segi kedalaman cerita, seperti yang sudah ditulis sebelumnya, film garapan sutradara Sarawut Wichiensarn, memiliki gaya grafik ke atas.   Kisah pertama dimulai dengan kisah Tar yang mengalami konflik cinta dengan kekasihnya. Merasa dibohongi terus-menerus soal kehamilan, Tar menantang pacarnya untuk benar-benar melakukan bunuh diri saat meminta putus. Kisah pertama ini membuat Movielitas kurang menarik mengikuti. Kesan dari kisah pertama adalah terlalu memaksa horor

Rostov Ripper

Kalau menurut wikipedia, film ini merupakan film televisi klasik tahun 1995. Yang membuat penasaran awalnya adalah tag based on true event. Dan memang film-film berjenis based on true story seperti ini bisa sedikit menambah wawasan tentang apa yang mungkin terlewatkan karena kurang membaca berita. Film ini mengangkat kisah misteri yang terjadi di negara Uni Soviet dulu. Kalau dilihat timeline nya sekitar era 1982 dimana di Soviet kala itu terjadi kasus pembunuhan berantai sebanyak 52 kasus selama delapan tahun yang sebagian besar korbannya adalah anak di bawah umur. Konflik yang diangkat lebih ke pihak kepolisian Uni Soviet yang kesulitan memecahkan kasus ini yang ironisnya kesulitannya justru dari rumitnya birokrasi hukum di Uni Soviet sendiri. Mungkin karena ada beda generasi dan kecanggihan serta kretifitas, terasa di film klasik ini alur ceritanya kaku. Dan satu hal yang melemahkan adalah tidak ada twist manis. Sisi misterius pembunuhan terlalu terburu-buru dibuka di awal cerita,

Misi berbahaya di atas lautan beku

Sajian dari negara Swedia yang berkisah tentang perjuangan seorang ibu yang berusaha menemukan anaknya yang diculik. Ternyata tokoh ibu ini bukan sembarang ibu-ibu biasa melainkan seorang wanita yang memiliki latar belakang militer. Dengan dalih akan dipertemukan anak-nya, sang ibu tersebut terpaksa menerima misi berbahaya mengantarkan sebuah barang misterius demi perdamaian di negaranya sendiri. Latar belakang konflik dalam film ini kalau dari sudut pandang ibu dan anak, cukup jelas. Tapi bila melihat konflik perang-nya, jujur Movielitas agak kurang paham. Perang terjadi karena apa, siapa musuh sebenarnya, tujuan misi yang digunakan sebagai plot cerita apa, tidak jelas. Kalau dari sisi keunikan cerita, lumayan anti-mainstream. Umumnya dalam film perang, biasanya setting lokasi ada di area perhutanan atau gurun pasir bila menggunakan latar belakang konflik Timur Tengah. Tapi disini agak berbeda, lautan es. Sedangkan dari sisi plot cerita, disini juga berani beda. Dimana tokoh yang Movi

Pembuktian teori "saat ada seorang istri terbunuh, maka tersangka pertama adalah suaminya."

Kembali ke Korea dengan sajian cerita misteri pembunuhan. Tapi kali ini tidak bernada serius, ada sedikit bumbu komedi di dalamnya. Seperti biasa, Movielitas agak "kesulitan" mengingat nama tokoh Korea. Di awal film malah sering bingung dengan wajah-wajah yang hampir mirip. Tapi untungnya semakin ke dalam bisa diikuti ceritanya. Berkisah tentang seorang pengusaha rental buku, yang terlibat dalam kasus pembunuhan. Latar belakang sang pengusaha rental komik ini pernah ditolak di akademi kepolisian, maka dari itu diceritakan sang pengusaha ini bebas keluar masuk kantor polisi bahkan sedikit ikut campur dalam urusan kepolisian. Konflik dimulai ketika sang pengusaha rental komik ini terlibat dalam kasus pembunuhan, dimana korban dalam kasus itu adalah istri sahabat sendiri. Dari segi alur cerita, film ini cukup bagus. Misteri pembunuhannya tidak bisa ditebak begitu saja. Konflik misteri-nya dibuat berkelok-kelok tidak datar. Komedinya cukup lumayan, konyol dan menghibur. Overall,

Story Behind Warsaw Zoo

  Awalnya Movielitas tidak membaca review film ini dulu. Cukup melihat poster nya saja. Kesan dari posternya, kisah yang bakal diangkat di film ini adalah seputar kebun binatang dimana akan ada kisah manusia-binatang yang romantis. Ternyata keliru. Keliru yang sangat jauh. Film ini diinspirasi dari kisah nyata tentang suami-istri Polandia, Jan dan Antonina, yang berprofesi sebagai pengurus sekaligus pemilik kebun binatang Warsaw Zoo di Polandia pada jaman Perang Dunia II. Tentunya bukan tanpa alasan kisah Jan dan Antonina ini sampai diangkat ke layar film, menurut literasi nya Jan dan Antonina ini melakukan sebuah gerakan kemanusiaan kecil di kebun binatang mereka. Pasangan Jan dan Antonina memberikan tempat perlindungan kepada warga Polandia ( Poland Jews ) dari penangkapan yang dilakukan oleh tentara Jerman asuhan Hitler. Meskipun kisah inspirasinya dari pasangan suami istri, namun seperti judulnya, film ini lebih fokus pada sisi Antonina. Dari sisi film, konflik yang diangkat film i

Menjaga nyala api iman

Nama besar Martin Scorcese dan Liam Nesson tentu saja menjadi pertimbangan utama waktu memilih film ini. Lalu, kemudian melirik nilai score pada IMDB pun tidak main-main. Cukup tinggi. Begitu masuk ke dalam cerita, Movielitas melihat ada sensitivitas di dalam konflik film ini. Movielitas hanya ingin bahas seputar kualitas film saja. Inti konfliknya adalah seputar sejarah pra modern dimana kala itu sedang terjadi era penyebaran agama di belahan dunia. Yang diangkat di film ini adalah kisah seputar penyebaran agama Kristen-Katolik ke daratan Jepang dan mendapat perlawanan dari penguasa Jepang saat itu yang memeluk agama lokal. Kesan yang Movielitas dapat selama mengikuti alur cerita film ini adalah "kurang". Setting-an jama pra modern di film ini, sebagai pembanding film Apocalypto garapan Mel Gibson, jauh lebih terasa  "suasana" suku asli nya. Sedangkan disini, gambaran suasana kependudukan pra modern Jepang terasa "bersih-rapi-modern".  Dari sisi konflik c

Greenland dan sejarahnya

Sajian kali ini berkisah tentang sejarah yang pernah terjadi di Pulau Greenland. Kalau tertarik dengan dunia geografis atau punya sedikit pengetahuan tentang geografis dunia atau punya pengetahuan sejarah dunia, film ini mungkin tidak akan "berat". Karena Movielitas masih minus, baik di bidang geografi ataupun sejarah dunia, film ini masih asing dan sedikit berat di konflik-nya. Sejauh yang Movielitas baca di wikipedia, Greenland ini island nation merupakan pulau terbesar di dunia. Dan berada di naungan Kerajaan Denmark. Kurang lebih benar salah-nya mohon dimaklumi saja. Berkisah tentang ekspedisi yang dilakukan oleh penjelajah dari Denmark di kisaran tahun awal era 1900-an. Film ini memiliki konflik yang bagi Movielitas cukup beragam. Antara lain, mencari tugu batu penanda, konflik misi mematahkan klaim Amerika terhadap Pulau Greenland, konflik perjalanan panjang serta bertahan hidup kurang lebih 800 hari lebih di Pulau Greenland. Dari sudut konflik perjalanan panjang serta

Gangster, Polisi, Dan Iblis

Dari judulnya saja sebenarnya bisa ditebak plot ceritanya. Pastinya di dalam alur cerita akan ada tiga karakter utama. Sang polisi, gangster, dan evil alias si jahat. Fokus film ini lebih besar ke karakter gangster karena berada di area abu-abu. Alur cerita film ini tidak terlalu istimewa sekali. Tidak bagus sekali juga tidak buruk sekali. Lumayan berliku tapi tidak ada simpanan twist. Di tengah film, penonton sudah bisa tahu mana pihak baik mana pihak jahat. Satu yang menonjol dan menarik perhatian Movielitas dari film garapan sutradara Lee Won Tae ini yaitu penampilan Don Lee sebagai Jang Dong Soo sang kepala gangster yang ditakuti. Penampilan fisik serta akting Don Lee ini sangat karismatik sebagai pemimpin gangster. Dan peran Don Lee di film juga sangat besar membangun atmosfir cerita. Keren. Overall, secara film bagi Movielitas biasa saja. Konflik cerita dan alur nya tidak terlalu istimewa sekali. Masih layak buat hiburan tontonan. Dan untuk Don Lee memang sangat bagus membawakan

Tentang Maywand District Murders

Based on true story -nya membuat penasaran tapi jatuhnya film ini masuk di golongan film miss-expectation alias meleset dari ekspektasi. Berkisah tentang pengalaman seorang Andrew Briggman yang mendapatkan kesempatan bertugas militer di daerah konflik. Ada rasa bangga besar yang terbesit dari dalam jiwa Andrew Briggman saat mendapat kesempatan bertugas di Afghanistan. Sayangnya, di sana Andrew Briggman harus mendapatkan pengalaman di luar harapannya. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang se-pasukan tentara Amerika yang bertugas di daerah konflik Afghanistan. Mugkin secara dokumenter aslinya, akan lebih menarik. Entah karena faktor akting, atau plot cerita, yang pasti drama militer di sini kurang begitu menarik untuk Movielitas. Faktor lain yang meleset dari ekspektasi Movielitas adalah film ini bukan film yang berisi adegan seru perang-perangan. Bahkan sangat amat minim sekali adegan baku tembak. Justru yang ada hanya konflik batin seorang militer yang melihat aksi rekan-rekannya

Perfluorooctanoic Acid (PFOA)/C-8 di balik slogan anti lengket

Jauh sebelum muncul pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia, bukan berarti tidak ada virus mematikan di muka bumi ini. Seperti yang terjadi di film garapan sutradara Todd Haynes ini. Mengangkat kisah seputar rahasia gelap kelam di balik kesuksesan sebuah produk yang pernah hits pada jamannya. Untuk Movielitas yang memang sangat kurang update urusan berita sejak jaman dulu, film dengan tag based on true story semacam ini bisa menjadi alat menambah pengetahuan meski terlambat. Menonton film ini ada tiga judul film lainnya yang paling sering muncul di kepala. Pertama, Dark Water versi Jepang tahun 2002 silam. Hanya sebatas persamaan judul semata, kalau soal konflik benar-benar jauh berbeda. Kedua, A Civil ACtion (1998) dengan aktor John Travolta, kurang lebih konfliknya sama. Dan, film The Insider dengan aktor Russell Crowe nya. Film ini berkisah tentang perjuangan seorang pengacara biasa, Robert Bilott, yang mendapatkan seorang klien istimewa yang datang dengan awal perkenalan tida

Welcome to Harlow

Selang kurang lebih tujuh tahun lalu dari sekarang adalah Movielitas menikmati sajian sejarah Texas Chainsaw Massacre. Seorang pembunuh sadis yang dikenal dengan julukan Leatherface dengan trademark topeng wajah dari kulit manuasia dan sejata gergaji mesinnya. Sudah banyak remake yang dibuat untuk Texas Chainsaw Massacre ini, terakhir Movielitas menonton versi tahun 2006 . Dan tahun ini lagi-lagi di- remake lagi dengan menyesuaikan kondisi terkini antara lain sudah ada penggunaan ponsel, internet, dan media sosial di dalam alur ceritanya. Jadi, seolah-oleh sang Letaherface ini "terus hidup" dari masa ke masa.  Versi 2022, tetap sama. Plot dan alur ceritanya tidak mengalami perubahan. Gaya thriller-nya hampir seragam dengan gaya thriller Hollywood pada umumnya. Dari awal film bergulir, tugas penonton hanya menebak siapa yang akan menjadi lakon utamanya akan mendapat porsi sorot kamera lebih banyak. Lalu, selanjutnya tinggal menunggu detik-detik dentuman kemunculan sang Leat

Pelajaran tentang aliran dana untuk belajar mengajar

Uang. Ingin punya uang, masih tetap jadi salah satu akar permasalahan dalam hidup manusia selain nafsu perut dan bawahnya. Juga based on true story, masih jadi favorit Movielitas dalam menonton film yang kadang salah tapi kadang banyak benarnya cerita film based on true story itu bisa menarik minat tonton. Kali ini berkesempatan menonton film garapan sutradara Cory Finley yang mengangkat kisah nyata seputar dunia pendidikan di Amerika Serikat. Tanpa membaca sinopsis nya terlebih dahulu, alur cerita di film pada bagian awal terasa sangat membosankan. Entah arah ceritanya akan dibawa kemana. Apalagi ketika dimunculkan konflik seputar "orientasi seksual", Movielitas mulai sedikit kurang tertarik melanjutkan acara menonton film. Movielitas berpikir bahwa mungkin arah film ini akan bercerita seputar kehidupan dan konflik seksual yang dihadapi oleh pejabat teras di salah satu sekolah tinggi di Amerika sana. Tapi ternyata Movielitas tertipu. Ternyata konflik utama film ini jauh lebi

Necrofungus psilocybelis

Kali ini sebuah sajian negara Jerman. Berkisah tentang seorang anak muda yang besar dengan trauma masa kecil menyaksikan dan terlibat dalam kematian kakaknya. Alur cerita dalam sajian horor kali ini menurut Movielitas terasa kaku. Plot cerita juga kurang menarik. Horor yang disajikan hanya bermain di area spesial efek dan mengandalkan adegan kejut (jumpscare) yang bertebaran di banyak sesi. Movielitas semakin tidak bisa menikmati jalan cerita saat harus menonton adegan horor yang dilanjutkan dengan adegan bercinta tiga orang alias threesome. Bukan tidak suka dengan adegan panas-nya, melainkan tidak cocok saja antara adegan threesome dengan adegan horor sebelumnya. Overall, sebuah sajian horor yang kurang menarik, kaku, dan tidak jelas konflik ceritanya. The Privilege (2022) – 4/10

Kisah kelam saudara tiri Bruce Wayne

Kesan pertama seusai menonton film ini, keren. Memang patut diacungi dua jempol . Movielitas mengetahui kualitas film ini sebelumnya dari berbagai review dan cuplikan sepotong-potong adegan yang dijadikan berbagai macam propaganda di aneka media sosial.Dan, baru kali ini mendapat kesempatan menonton dan menilai sendiri kualitas film garapan Todd Phillips. Film ini kalau dinilai berdasarkan plot cerita, versi Movielitas, sebenarnya biasa saja. Meskipun kita mengenal siapa Joker sebelumnya, tapi film ini bukan seperti layaknya film superhero umumnya yang penuh dinamis aksi laga dan pernak-perniknya. Justru disini lebih dominan drama. Yang membuat film ini menarik, setidaknya film ini mampu membuka dimensi baru terhadap latar belakang sosok musuh Batman ini. Sebelumnya Movielitas hanya tahu sosok Joker, sebagai musuh Batman. Itu saja. Dan, disini baru ada semacam pencerahan mengapa Joker menjadi musuh Batman. Apakah latar belakang Joker memang benar adanya seperti yang diceritakan disini?

Train To Busan

Film dari Korea. Seingat Movielitas, film The Host adalah salah satu film Korea yang berkesan dalam ingatan karena faktor permainan spesial efek yang tidak kalah dengan Hollywood. Sementara yang bisa Movielitas ingat dalah film The Host... Film ini juga kembali memantapkan Korea tidak hanya jago dalam mendramatisasi film genre apapun, disini kembali dipertunjukkan permainan spesial efek yangtidak kalah canggih nya dengan The Host. Meski levelnya, versi Movielitas, sedikit di bawah The Host. Sedikittt saja... Mengikuti jalan cerita film ini, mudah saja. Plot nya sederhana sekali. Alur cerita juga mainstream banyak dipakai. Satu demi satu tokoh utama dimunculkan, ditempatkan dalam satu wadah, kereta. Lalu konflik utama dimainkan. Tidak ribet. Tetapi tetap saja, Korea pasti menelusupkan unsur tangis menangis dramatisir mendalam di jalan ceritanya. Bagaiman pun juga harus mengharu biru...  Overall, lumayan bagi pecinta film Korea. Bagi Movielitas yang menonjol adalah penampilan Don Lee. Se

Sebuah kebanggaan di atas ketidakadilan

”Jika seseorang terpanggil untuk menjadi penyapu jalan, hendaklah ia menyapu jalan sama seperti Michaelangelo melukis, Beethoven bermain musik, atau Shakespeare menulis puisi.  Ia harus menyapu jalan dengan begitu baik sehingga semua penghuni surga dan bumi akan berhenti sejenak untuk berkata, ’Di sini tinggal penyapu jalan hebat yang melakukan pekerjaannya dengan baik.’” Ini adalah kata-kata Marthin Luther King Jr.,  pejuang hak sipil dan antidiskriminasi di Amerika Serikat dan penerima Nobel untuk perdamaian pada 1964.   Saat menonton film ini yang ada di kepala Movielitas adalah ingatan seputar kalimat di atas. Entah dimana pastinya Movielitas pernah membaca kalimat di atas. Movielitas lupa tapi itu kurang lebih menggambarakn sedikit dengan apa yang ada di film ini. Dan terjadi lagi... Terhanyut oleh sajian berkualitas tinggi dari aktor dan sutradara gaek, Clint Eastwood. Terutama seperti di film ini, based on true event, benar-benar mengena. Luar biasa. Film ini berkisah tentang ki

Melepas prahara masa lalu di tengah pandemi

Mungkin kalau tidak keliru, ini adalah film pertama yang Movielitas tonton dan berlatar belakang pandemi Covid-19. Bukan sebagai konflik utama ataupun tema besar dalam film, pandemi Covid hanya digunakan sebagai background saja. Dan film nya keren. Sangat bagus. Berkisah tentang seorang ibu,Pin-Wen, yang hidup mewah bersama seorang anaknya, WangJing. Pin Wen merupakan janda yang ditinggal suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Namun, dikarenakan situasi pandemi serta kondisi psikologis Pin Wen sendiri sejak ditinggal suami serta kondisi finansial, menimbulkan prahara antara ibu dan anak. Alur ceritanya unik. Di awal seperti ada masalah yang semi-horor dan fokusnya lebih ke sang anak, Wang Jin, yang tampil cantik imut manis menggemaskan berponi kuda. Tapi di tengah alur, situasi cerita berubah drastis. Minimalis. Itu yang Movielitas favoritkan dari film ini. Tidak banyak tokoh yang dipasang. Meski minimalis bisa menarik rasa penasaran dan ikut hanyut dalam drama ibu-anak. Akting Aly

Hal-hal kecil yang berakibat tidak kecil

Alasan utama memilih untuk menonton film ini sudah pasti adalah Denzel Washington. Movielitas adalah penggemar karya film yang dibintangi Denzel. Kalau dulu banyak karya yang memorable dari Denzel, seperti Man On Fire , American Gangster , Inside Man , atau John Q . Kali ini Denzel bermain sebagai seorang polisi senior, Joe Deacon, dengan background hitam di karirnya. Muncullah sebuah kasus pembunuhan yang masih belum terpecahkan dan memaksa Deacon kembali beraksi. Film Denzel kali ini bagi Movielitas termasuk kategori "berat abu-abu". Berat karena sepertinya tidak cukup sekali memahami konflik misteri pembunuhan disini. Tak semudah memahami konflik dalam film Man Of Fire. Terutama bagian awal pelacakan tokoh Albert Sparma. Di bagian itu Movielitas sudah loss story, tiba-tiba muncul tersangka. Kalau di bagian awalnya sudah bagus untuk Movielitas. Kemampuan Deacon melihat hal-hal kecil membuat karakter Deacon ini seperti memiliki keahlian pemecah kasus kriminal yang menarik un

Enam menit yang mengacaukan hidup seorang Vada Cavell

Sajian drama yang bepusat pada karakter tokoh Vada Cavell. Vada Cavell adalah gadis belia 16 tahun biasa yang sedang mencari jati diri. Vada Cavell "berkenalan" lebih dekat secara tidak menyenangkan dengan dua orang teman sekolahnya, Mia Reed dan Quinton , di sebuah tragedi berdarah yang terjadi di dalam sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung. Mereka bertiga terjebak di kamar mandi untuk menghindari konflik berdarah. Alur cerita film ini sebenarnya biasa saja. Tentang traumatis yang dialami Vada Cavell. Yang paling menonjol bagi Movielitas pastinya adalah akting aktris Jenna Ortega sebagai Vada yang menjadi pusat cerita. Luar biasa. Pas. Fisiknya, outfitnya, dan aktingnya bisa menggambarkan suasana yang dialami karakter Vada dan betapa bahayanya sisi traumatis bila tidak dikendalikan atau seseorang tidak punya kapasitas mengendalikan emosi traumatis. Menurut Movielitas, film ini cukup bagus. Bukan dari segi isi ceritanya atau konfliknya, melainkan dari permainan transisi

Wonderland

Untuk kesekian kalinya kerjasama antara Peter Berg dan Mark Wahlberg. Kali ini mengangkat kisah seorang mantan polisi, Spenser, yang masih terseret di pusaran kasus lamanya. Spenser sendiri sempat harus dipenjara karena memukuli atasannya sendiri. Setelah menyelesaikan masa hukumannya, mau tidak mau Spenser kembali ke kasus lama yang masih berhubungan dengan lembaga kepolisian tempat dimana Spenser bekerja. Tapi, jika dibandingkan dengan karya Lone Survivor ataupun Deepwater Horizon, menurut Movielitas kali ini kualitasnya masih jauh di bawah judul-judul tersebut. Alur cerita di film ini boleh dibilang tidak terlalu sederhana. Banyak tokoh yang terlibat di dalam satu konflik. Mau tidak mau harus sedikit extra perhatian di alur cerita. Konflik yang diangkat dibalut dengan misteri demi misteri pertanyaan seputar pembunuhan polisi. Menarik sebenarnya tapi tergantung selera penonton. Bagi Movielitas, kurang berkesan. Hanya soal komedi, memang beda. Komedi yang ada disini tidak disebar di b