Skip to main content

Posts

Amati pelajari eksekusi

Film yang terkesan seperti menjual nama "besar" aktor gaek, Stallone dan Arnold. Tidak hanya ber-nama besar tapi juga usia dan badan yang memang masih besar seperti era keemasan mereka. Mengulangi masa kejayaan, film ini berasa aroma nostalgia dengan alur cerita yang ringan. Tentang seorang Breslin yang memiliki profesi unik sebagai seniman penjebol penjara berlisensi. Keunikan skill Breslin akhirnya tercium oleh misi Rottmayer yang sedang terpenjara oleh tirani Hobbes. Konfliknya seputar aksi laga namun beberapa segmen memang tak mampu menyembunyikan pengaruh usia. Tetapi tetap kehadiran dua aktor gaek ini sudah menghibur dan bernostalgia dengan jaman Commando atau Rambo. I'LL Be Back sempat terucap sepintas mengingatkan pada Terminator. Serta gaya mengambil senapan mesin di helikopter dengan slow-mo mengingatkan pada jaman Commando. Kesan hiburan yang santai diperlihatkan sejenak dengan kode say cheese ( to camera ) melihat gaya Arnold terkesan san

Kisah asal-usul nama David

Penulis terkesan pada segmen kecil dalam film ini. Sembari terus berpikir tentang judul dan konflik cerita di film ini. Filmnya menarik begitu pula dengan pesan moral yang dikandung. Ketika berkunjung ke rumah detektif Emily, Hank berkenalan dengan putra lelaki semata wayang Emily bernama David. Hank menceritakan asal-usul nama David, yang diterjemahkan disini adalah Daud. Konon, dulu ada 2 bangsa, Israel dan Filistin yang berperang dan terpisahkan oleh sebuah lembah. Setiap hari, seorang prajurit dari Filistin menuruni serta mendaki lembah tersebut untuk menantang siapapun orang Israel yang berani meladeni duel satu lawan satu. Prajurit Filistin itu bernama Goliat. Namun, karena perawakan Goliat yang tinggi besar bak raksasa, membuat nyali seluruh prajurit Israel menciut. Tak ada satupun prajurit yang berani mengajukan diri meladeni tantangan Goliat. Hingga, seorang penggembala kecil, Daud namanya, yang justru memberanikan diri mengambil tantangan duel mengahadapi Gol

Pergi demi melindungi hak asasi, kembali hak asasi tercuri

Sangat menyentuh. Pernahlah kita dengar seruan jangan bertanya apa yang bisa negara berikan kepada kita namun seberapa banyak yang bisa kita berikan untuk negara. Dan, film ini mungkin akan menjadi salah satu yang berdiri di garis depan untuk membalikkan seruan patriotisme tersebut. Apa yang akan negara berikan ketika semua telah diberikan? Film ini sangat berhasil menarik emosi berada pada posisi Hank Deerfield. Hank Deerfield adalah seorang pensiunan militer dengan pangkat Sersan. Anak pertamanya, David, mengikuti jejak sang ayah di militer dan gugur. Anak keduanya, Mike, juga mengikuti jejak ayah serta kakaknya di dunia militer bahkan sempat mencicipi kekacauan di Irak dan terakhir menghilang tanpa berita jejaknya. Film ini lebih kuat terasa pada emosional sang ayah, Hank, yang mendapatkan pengorbanannya kepada negara ternyata berbalas dengan kehilangan. Konflik pencarian jejak serta kenyataan disini terasa menarik hanya saja masih kalah pengaruh dengan kisah kehilangan

Seminggu sebelum Roger Murtaugh pensiun

Film Lethal Weapon kali ini masih sama dengan gaya sebelumnya . Laganya memang lumayan, apalagi pakai meledakkan gedung segala. Alur ceritanya masih sama, dengan konflik kriminal yang cukup "panjang" dan berliku. Dari sisi komedinya, masih setara dengan dua seri sebelumnya. Tidak ada yang baru. Gaya Riggs masih seenaknya, berani, dan rock n roll. Masih mendapat pasangan wanita lagi. Masih dislocated pada bahunya. Gaya Rog juga masih, takut-takut. Apalagi memang disini temanya seminggu sebelum Roger Murtaugh retired . Masih ada Joe Pesci sebagai penambah daya komedinya. Lethal Weapon 3 (1992) - 6/10